Minggu, 05 Juli 2009

KH Kholil Ridwan Bicara Soal Diki Chandra



KH Kholil Ridwan Bicara Soal Diki Chandra
SABILI Jumat, 03 Juli 2009 14:13

Tidak Menguntungkan Kalau Berhadapan dengan MUI

Permasalahan antara Diki Chandra dari ARIMATEA dengan Hj Irena Handono menyeret-nyeret MUI sebagai lembaga representasi umat. Diki Chandra menganggap MUI membela Irena Handono.

Apa sebenarnya yang terjadi antara MUI dan Diki Chandra?

Bagaimana hubungan MUI dan ARIMATEA secara lembaga?

Berikut petikan wawancara Fiqi Listya dari Sabili dengan KH. Cholil Ridwan salah seorang Ketua MUI yang ditemui setelah acara konferensi pers Irena Handono Rabu, (1/7) di Hotel Crown Semanggi Jakarta.

ARIMATEA dalam hal ini Diki Chandra, menganggap MUI seolah pilih kasih terhadap kasus Diki Chandra dan Irena Handono. Tanggapan Anda?

Waktu itu kan ada acara seminar lokakarya. Acara itu jauh hari sebelum ada kasus Irena dan Diki Chandra mencuat. MUI rencananya memang mau mengundang ibu Irena sebagai narasumber. Kemudian, Arimatea datang ke acara lokakarya.
Jadi MUI berniat mengklarifikasi dulu dengan beberapa orang yang mengatakan informasi miring dengan Diki Chandra bukan ARIMATEA-nya.
Karena kesibukan masing-masing, rupanya tidak sempat. Tahu-tahu Lokakarya sudah harus jalan. Tapi, sebelum acara dimulai, Diki Chandra menyebar selebaran. Tapi kita tidak mempersalahkan.
Ketika ibu Irena akan menyampaikan materinya, beliau (Irena) meminta waktu untuk menjelaskan kasusnya dengan Diki Chandra. Sekali lagi dengan Diki Chandra, bukan dengan ARIMATEA.

Berarti ini masalah Irena Handono dengan ARIMATEA secara lembaga atau Diki Chandra secara pribadi?

Saya kira ini dengan Diki Chandra. Hanya saja Diki Chandra menggunakan nama ARIMATEA. Kop surat yang digunakan untuk surat pernyataan Imam Safari kan kop surat ARIMATEA. Nah saya kok dilibatkan? Seolah-olah saya tidak adil. Kenapa saya tidak tabayun kepada Diki Chandra. Seharusnya kan yang tabayun itu dia dengan Ibu Irena.
Coba Anda bayangkan, MUI sebagai lembaga tertinggi sebagai representasi umat, saya sebagai ketuanya, masa harus tabayun ke dia, kan seharusnya dia datang tabayun, mendengar ada berita tentang Ibu Irena keluar dari gereja dan sebagainya, tidak menulis diblog. Dia datang dong, kalau dia dengar bahwa Ibu Irena dikasih waktu ngomong, dia ya datang ke MUI, minta dikasih ngomong, bilang ‘Ibu Irena dikasih ngomong kok saya tidak’, nah tabayun kan namanya, tidak menyebarkan diblog. Berarti dia kan yang menambah fitnah. Kan tidak menguntungkan dia (Diki Chandra) kalau berhadapan dengan MUI. Kalau dia berada di pihak yang benar, mestinya dia tidak berhadapan dengan MUI. Diki Chandra seharusnya merangkul MUI, ya datanglah, masa saya yang datang ke dia.

Hubungan ARIMATEA dengan MUI sampai saat ini bagaimana?

Tidak ada apa-apa. Itu kan lembaga. Cuma memang Diki Chandra kemarin sengaja tidak kita undang karena ada informasi miring. Kita mau tabayun dulu. Cuma belum sempat tabayun, acara sudah berjalan.

Berarti ini masalah antara Diki Chandra saja, tidak ada hubungannya dengan ARIMATEA?

itu kan nama ARIMATEA yang memberikan bukan Diki Chandra, pendirinya bukan dia. Jadi pendiri ARIMATEA itu Buya Abujamin Roham. Beliau setelah dua tahun Diki Chandra menjadi Sekjen, melihat Diki Chandra tidak beres, akhirnya beliau mengundurkan diri. Banyak yang mengundurkan diri, termasuk pendiri yayasan tersebut. Yang mendirikan bukan Diki Chandra. Paling tidak Diki Chandra hanya salah seorang, tapi tokohnya Buya Abujamin Roham.

http://sabili.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=245:kh-kholil-ridwan-bicara-soal-diki-chandra&catid=83:wawancara&Itemid=200

Tidak ada komentar:

Posting Komentar